Memoar Politikus Belanda Saat Berziarah ke Makam Raja-Raja Sumenep

FN Fikri

Foto Makam Asta Tinggi Sumenep Pada Masa Kolonial - NMVW
Foto Makam Asta Tinggi Sumenep Pada Masa Kolonial - NMVW

Terletak 2,8 km ke arah barat dari pusat kota, Kompleks makam para pembesar Sumenep ini rupa-rupanya telah sohor dari dulu. Sejak Sultan Pakunataningrat berkuasa dari tahun 1815-1854, kediaman abadi para bangsawan itu seakan-akan menjadi destinasi wisata wajib bagi para pelancong Eropa saat berkunjung ke Sumenep.

Sebagaimana yang dilakukan oleh salah seorang kawan dekat Sultan, Wolter Robet van Hoeveel, ia mengunjungi makam agung tersebut pada pertengahan tahun 1847, atau dua bulan sebelum bulan puasa.

Dalam memoarnya yang berjudul Reis over Java, Madura en Bali, ia berkisah banyak hal tentang suasana Makam Agung yang terletak tak jauh dari taman-taman air, tempat rekreasi kesukaan Sultan.

van Hoeveel mengunjungi tempat bersejarah itu di pagi hari. Didampingi oleh Sultan, mereka bersusah payah menaiki bukit yang cukup curam. Ia menggambarkan sekelilingnya tak ada bangunan apapun kecuali kumpulan makam .

” Sekarang kami harus berjalan menaiki sebuah bukit curam yang tingginya beberapa ratus kaki, yang diatasnya kami tak menemukan apapaun selain Makam Muhammadan” …

Pria yang juga masih keturunan Bangsawan Belanda itu berpendapat, bahwa kompleks Makam tersebut sebenarnya tak jauh berbeda dengan kompleks makam lain yang ada di Jawa. Namun layak untuk dikecualikan.

Makam Asta Tinggi yang ia kunjungi  memiliki pemandangan tak biasa. Salah satu sisinya menyajikan pemandangan daratan alluvial Sumenep berupa teluk dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Ia menuturkan bahwa kesan seram dari sebuah tempat kematian tak sepenuhnya benar. Asta Tinggi tempat abadi bagi keluarga Pangeran memberi kesan eksotik dan memberi kedamaian bagi yang mengunjunginya.

“Para pelancong yang mengunjungi tempat ini bisa saja terhipnotis dengan keindahan alam yang disajikan, bahkan butuh berpuluh – puluh kali untuk meyakinkan dirinya, bahwa tempat yang dikunjungi tersebut tak lebih adalah sekumpulan makam,” Tuturnya.

Hal lain yang cukup membuat dirinya kagum, adalah hadirnya bangunan yang sepenuhnya ditujukan sebagai rasa kasih sayang dan rasa hormat Sultan kepada orang-orang yang telah meninggal. Salah satunya Mausoleum tempat bersemayamnya jasad Panembahan Natakusuma.

Baca Juga:

Bagikan:

Tinggalkan komentar

Maaf anda tidak bisa menyalin konten ini. Silahkan share saja.