Tak seperti daerah lainnya yang rutin menggelar lomba dan syukuran dalam merayakan hari kemerdekaan RI yang ke 77, Komunitas Sumenep Tempo Dulu bekerjasama dengan Pemerintah Desa Pabian menggelar jelajah tempat-tempat bersejarah.
Sebanyak tiga puluh orang peserta terlibat dalam kegiatan tersebut. “Pesertanya rata-rata didominasi oleh anak-anak muda milenial”. Tutur Faiq disela-sela acara.
Dari atas bus, mereka disajikan ragam kisah menarik yang terjadi di balik tembok bangunan yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Bagunan-bangunan bersejarah tersebut berada di sepanjang Jl. KH. Mansyur, Jl. Urip Sumoharjo hingga Jl. Slamet Riyadi.
Tur bertajuk Pabian Heritage Track itu dimulai dari alun-alun Pangligur yang pernah menjadi saksi perjuangan rakyat Sumenep saat agresi meliter Belanda tahun 1947. Kemudian berlanjut ke Gedung Landraad Sumenep yang dibangun pada tahun 1908 dan terakhir menuju komplek permukiman masyarakat Tionghoa yang sudah ada sejak pertengahan abad – 19.
Selain itu, para rombongan juga diberi kesempatan melihat dari dekat bekas Gedung Asisten Residen dan juga Klenteng Pao Sian Lin Kong. Di dua tempat ini, para peserta disambut oleh para perwakilan pengurus dan diajak melilingi beberapa ruangan bersejarah.
Qinantha Pirawizaggenie selaku koordinator kegiatan, mengungkapkan alasan pemilihan dua lokasi tersebut tak lepas dari tema kegiatan yang dilaksanakan kali ini, dimana panitia mengajak para peserta untuk mencermati kehidupan sosial yang terjadi di desa Pabian masa lalu.
“Sejak dulu, Desa Pabian masyarakatnya sudah majemuk, terdiri dari berbagai kelompok, mulai Tionghoa, Eropa dan juga Pribumi yang tercermin dengan hadirnya bangunan Klenteng, Gereja dan Masjid. Dari sina kita melihat, bahwa para sesepuh kita dahulu telah mengajarkan kita untuk selalu hidup rukun dan saling menghormati.