Kemunduran ekonomi dan banyaknya masalah sosial sejak penjajahan Jepang di Madura dimanfaatkan oleh NEFIS untuk mengambil hati masyarakat dengan menyebarkan propaganda anti pemerintahan Republik. Selebaran berbahasa Madura itu mengajak masyarakat untuk menumpas segala kegiatan yang dilakukan oleh kelompok republiken dan mendorong seluruh masyarakat untuk segera mengikuti jejak daerah-daerah di luar Jawa pasca konferensi Malino, di Sulawesi tahun 1946.
Di penghujung akhir perang dunia kedua, sebuah negara yang selama ratusan tahun berada dalam jeratan kolonialisme lahir melalui serangkaian perjuangan yang tak biasa. Tanggal 17 Agustus 1945, dua tokoh bangsa yakni Soekarno dan Hatta didaulat oleh rakyat untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Meski demikian, untuk mempertahankan negara yang baru berdiri ini sungguh tak mudah. Kerajaan Belanda yang sedari dulu sangat cinta pada wilayah yang disebutnya sebagai “Zamrud Katulistiwa” ini, bersikukuh untuk merebut kembali bekas wilayah kekuasaannya.
Tak ayal keinginan tersebut ditentang mati-matian oleh kaum republiken. Kelompok masyarakat yang bertindak, berbuat dan berjuang demi tegaknya Republik Indonesia. Akhirnya beragam cara penuh jalan berliku oleh ditempuh kelompok ini. Konfrontasi dan Diplomasi dari tahun ke tahun menjadi cerita haru perjalanan panjang sejarah Indonesia guna melepaskan diri dari segala macam bentuk penjajahan.
Langkah yang sama juga dilakukan oleh Pemerintahan Sipil Hindia-Belanda (NICA). Mereka terus melancarkan beragam aksi dalam merebut kembali wilayah-wilayah bekas jajahannya. Salah satunya dengan mengadakan sebuah konferensi di Kota Malino, Sulawesi Selatan pada tanggal 15 – 25 Juli 1946. Pertemuan tersebut diinisiasi oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Van Mook dengan maksud utama memecah wilayah Indonesia menjadi beberapa negara bagian.
Tak lama setelah diadakannya konferensi tersebut, sebuah propaganda anti kaum republiken disebar ditengah-tengah Masyarakat Madura. Propaganda berbahasa Madura itu ditengarai dibuat oleh Netherlands Forces Intelligence Service (NEFIS) yakni sebuah Badan Intelijen Belanda yang bertugas untuk memata-matai segala aktifitas kaum republiken. Lembaran berisi propaganda tersebut disebar saat Tentara Republik Indonesia (T.R.I) sedang mengirimkan beberapa orang Indo-Eropa ke Probolinggo .
Propaganda yang dibuat rupanya tidak sembarangan. Isi-isi yang tertuang dalam lembaran tersebut dibuat sedemikian rupa disesuaikan dengan karakter atau sifat serta kondisi masyarakat Madura saat itu. Dengan kata lain, propaganda yang dibuat harus mengena dihati masyarakat, sehingga harapan Belanda untuk menguasai kembali wilayah Madura dapat segera dilakukan.
Untuk menarik simpati dan mempermudah masyarakat memahami maksud dan tujuan Belanda kembali lagi ke Madura, propaganda tersebut disampaikan dengan bahasa Madura.
Dari sebuah dokumen yang berisi kumpulan surat-surat laporan yang ditandatangani oleh Letnan Jendral Simon Hendrik Spoor terungkap, bahwa orang-orang Madura saat itu sebagian besar sangat Nasionalis. Sikap anti Jepang dilakukan secara terang-terangan, meskipun kondisi hidupnya diliputi banyak kesengraan dan kekurangan bahan pangan.
Disisi lain ada juga sebagian kelompok masyarakat yang kembali menjalin kontak komunikasi dengan orang-orang Eropa, dan meratapi keadaan mereka yang susah. Tak mengherankan jika kelompok ini selalu berharap akan kedatangan kembali pasukan Belanda ke Madura untuk membantu hidup mereka.
Berikut transkrip terjemahan dari lembaran diatas :
Halaman 1/2
Malino
Bangsa Belanda tidak menggunakan kekerasan bersenjata. Sebab sudah ada sebuah bertemuan antara Dr. van Mook dan Soetan Sjahrir.
Saat Jepang menyatakan kalah, Belanda dan Indonesia dari tanah seberang mufakat bekerjasama dalam membangun Indonesia, meskipun di tanah Jawa dan Madura masih banyak kerusuhan, perampasan, perampokan, rumah terbakar, dan pembunuhan.
Dari kesepakatan di Malino, meskipun tidak ada perwakilan dari tanah Jawa dan Madura, Di Malino sudah dilangsungkan pertemuan dan kesepakatan yang baik dari perwakilan – perwaikilan di tanah seberang terkait kemerdekaan, supaya jika dikemudian hari sudah bersepakat semuanya, aturan tersebut bisa dialihkan ke Indonesia.
Sehingga tanah seberang tak akan lama lagi akan memperoleh pembangunan dari pihak Indonesia.
Tanah Jawa dan Madura tambah rusuh, tambah rusak. Diharapkan kepada teman-teman dari Madura menumpas segala aturan yang kurang baik.
Allah, Alhamdulillah sudah bermufakat, teman-teman untuk bersatu dan tidak saling berseteru.
Pilihlah,
Kekacauan ataulah Perdamaian disertai Pembangunan !
Halaman 2/2
Setelah kekalahan Jepang dalam peperangan, maksud Belanda ialah agar Belanda dan Indonesia saling bekerjasama, bersatu dalam memperbaiki negara yang sebelumnya telah dirusak oleh Jepang. Jika Belanda dan Indonesia saling bersepakat, hal apapun yang telah rusak bisa segera diperbaiki.
Di tanah seberang, orang – orang Belanda sudah bersatu. Sudah sembilan bulan lamanya orang – orang tanah seberang bekerja dengan Belanda seperti biasanya. Rasa senang terlihat dari kawan-kawan Indonesia di tanah seberang atas segala bantuan yang dilakukan oleh Belanda. Kapal-kapal telah berlayar kembali, makanan dan lain-lain yang menjadi kebutuhan orang banyak sudah diperbaiki.
Kaum Republiken di tanah Jawa tidak ada niatan sama sekali untuk bekerjasama dengan Belanda, Mereka bersuka cita !!! Rakyat kecil banyak ditipu dan dibodoh-bodohkan oleh mereka yang sebenarnya tidak tahu apa-apa.
Rakyat kecil di Kota Surabaya, sudah ribuan orang kembali bekerja dan dinafkahi oleh Bangsa Belanda. Rakyat kecil yang rela datang kembali ke Surabaya merasa sangat senang. Saat ini kota Surabaya sedikit demi sedikit sudah diperbaiki kembali oleh kuli-kuli Indonesia yang bekerjasama dengan Belanda, sehingga wajah kota Surabaya sudah kembali lagi seperti semula.
Rakyat yang ikut kedalam golongan republik, sebenarnya banyak ditipu oleh Pemimpinnya. Mereka diberi motivasi untuk saling membunuh hingga mencuri. Rakyat kecil yang tak tahu apa-apa hanya disuruh mencuri, mencari makan sendiri.
Orang-orang yang kini sudah kembali ke Surabaya sudah sadar bahwa selama ini mereka banyak ditipu oleh Pempimpin Republik. Hampir sebagian besar kuli di Surabaya terlihat senang bisa bekerja kembali bersama mereka orang – orang Belanda. Banyak kuli menginkan keadaannya bisa kembali seperti semula.
Apalagi seperti apa yang pernah dikatakan oleh orang-orang Belanda bahwa tanah Jawa sangat kaya dan tidak kekurangan suatu apapun, kini keberanaanya sudah banyak dirusak. Namun tak lama lagi kondisinya akan segera di perbaiki dan diperbagus kembali oleh Belanda.
Kerja sama ini bukan hanya untuk orang-orang Belanda, namun juga dengan pihak Indonesia yang telah kembali lagi. Sebab orang-orang yang telah kembali ke Kota Surabaya kelihatan sangat senang seperti sedia kala. Rumah-rumah, Jalan-jalan sudah dipebagus kembali. Tram listrik sudah berjalan normal seperti biasanya, kebutuhan makanan sudah terpenuhi.
Tak lama lagi tanah seberang, seperti Selebes, Bangka Belitung, Pontianak, Banjarmasin Makasar, Ambon, Timur, Nuwgini, bakal dipersatukan dalam sebuah pertemuan besar atas permintaan rakyat-rakyat kecil, supaya segala aturan dan keadaannya kembali seperti semula sebelum perang. Tak lama lagi permintaan Merdeka akan segera dikabulkan. Sangat disayangkan kawan-kawan di Jawa dan Madura tidak mau mendengarkan dan mengerti terkait pertemuan besar ini.
Golongan Republik di Jawa tengah dan Madura masih menanti hasil pertemuan tersebut. Inilah kesalahan yang dibuat oleh kaum republiken sendiri. Pada bulan September 1945 saat Jepang sudah tak berdaya, aturannya Belanda dan orang-orang Madura dulu yang mengadapinya, Namun aturan itu ditolak serta para pemudanya yang menggantikan posisi Jepang dan melanjutkan peperangan dengan bangsa barat.
Katanya merdeka, namun kenapa masih suka berperang dan kerusuhan daripada perdamaian! Alat yang dipakai oleh pemuda-pemuda hanya tombak bamboo! Gila!, melawan senjata tank dan alat-alat modern lainnya hanya mengandalkan bambu runcing dan pedang Jepang ! hasilnya ya darah anak-anak Madura.
Sebenarnya Belanda sangat senang dengan orang-orang Madura dari jaman dulu hingga sekarang. Sangat disayangkan jika orang-orang Madura menjadi korban dari orang-orang licik yang berasal dari Jawa Tengah. Anak-anak yang belum cakap pikirannya diperintahkan untuk menjadi perampok. Perbuatan ini hanya akan membuat pertumpahan darah, Perbuatan ini dilarang keras oleh agama Islam yang mulia.
Anak-anak Madura yang masih belum dewasa harus mengorbankan darahnya, sedangkan para pemimpin republiknya hanya duduk-duduk di kursi. Pulau Jawa dan Madura hanya bisa berharap, banyak pengemis dan orang-orang sakit mengikuti apa yang diperintahkan oleh Pemimpin Republik di Jawa Tengah. Namun coba dipikirkan kembali ! pikirkan dan dipertimbangkan ! Jangan sampai mendengarkan perintah dari Pempimpin Republik yang palsu, suka menipu dan menyanggupi banyak permintaan yang sebenarnya tak punya apa-apa. Hasilnya merdeka dengan penuh kesusahan dan penuh pertumpahan darah. Darahnya rakyat kecil ! yang benar adanya bahwa rakyat kecillah yang menjadi budaknya pemimpin republik yang lalim di Jawa Tengah.
Jangan mau dipaksa dan disuruh untuk membunuh hanya mengandalkan tombak bamboo ! jangan ikut dengan penjahat pemimpin Republik di Jawa Tengah yang sering meninabobokan masyarakat kecil ! yang tak pernah berani menghadapi garis pertempuran ! Jangan ikut dengan kumpulan pemberontak yang gila ! Jangan mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang licik di Jawa Tengah, yang selama bertahun-tahun bekerjasama dengan Jepang yang sudah dikalahkan dan takluk !. Orang yang ikut musuh harus dihukum dan bakal dihukum ! Meskipun hanya menyuruh orang-orang kecil harus melawan Belanda
Yang mulia Ratu Belanda, Wilhelmina bersama orang-orang Belanda sangat suka dan kasihan terhadap Madura dan Jawa yang sudah banyak dirusak oleh kaum pemberontak yang di suruh Jepang !
Orang-orang Madura sebenarnya tidak suka kepada Jepang serta tidak suka juga kepada kawan-kawannya yang disebut pemberontak itu. Jangan sampai ikut orang-orang yang buruk ! Ratu Belanda juga merupakan ratunya orang-orang Madura, Yang mulia hanya ingin menolong orang-orang Madura dan Jawa! Coba dipikirkan kembali hai orang-orang Madura !
Coba pikirkan kembali, apakah ingin megikuti jejak orang-orang yang bertingkah laku baik atau orang-orang yang berlaku buruk ? Orang yang ingin menolong orang-orang atau yang menyuruh membunuh manusia ? Orang Belanda apa orang Republiken yang menjadi kawanan Jepang ? Orang Belanda yang membawa kemakmuran atau orang Republiken yang membawa kematian ?
Ayo bersama-sama bersama orang-orang Belanda menuju kemakmuran Madura ! Ayo pada ikut Ratu Wihelmina dan orang-orang Belanda yang membawa keselamtan ! Bunuh mereka para pemberontak yang ikut Jepang !