Perang Dunia II Pecah, Laut Kangean Jadi Saksi Keganasan Bala Tentara Nippon

FN Fikri

Suasana Pertempuran Laut selama Perang Dunia II | Wikipedia.id
Suasana Pertempuran Laut selama Perang Dunia II | Wikipedia.id

Sejak tentara Nazi Jerman menginvansi Belanda pada pertengahan tahun 1940, keamanan negara-negara koloni yang terletak di kawasan Hindia Timur menjadi terancam. Jepang yang muncul sebagai kekuatan baru sangat berambisi menguasai negara-negara disekitarnya.

Dengan dukungan meliter yang cukup kuat, Pemerintah Kekaisaran Jepang kemudian menabuh genderang perang. Secara bertahap satuan-satuan meliter darat dan laut diterjunkan untuk menaklukkan negara-negara koloni milik Inggris dan Belanda.

Hindia-Belanda yang kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumi, nikel, besi, karet dan sumber daya strategis lainnya, menjadi target utama.

Serangan awal, mula-mula ditujukan ke Pangkalan Angkatan Laut Amerika di Teluk Mutiara Kepulauan Hawai. Ratusan pesawat Angkatan Laut Jepang berbagai jenis diterjunkan secara diam-diam. Pasukan yang dikomandoi oleh Laksamana Madya Chuichi Nagumo itu berhasil meluluhlantakkan pusat meliter terkuat di kawasan Pasifik.

Tak mengherankan jika kemudian pemerintah Amerika murka. Bersama-sama dengan Inggris, Australia, dan Belanda, negara berjuluk Paman Sam itu bersepakat membentuk komando tinggi bersama. Jenderal Inggris, Sir Archibald Wavell ditunjuk sebagai komandan utama. Ia diberi wewenang untuk mengontrol penuh pasukan angkatan perang Belanda dan sekutu untuk menghalau gerakan serdadu Jepang yang semakin masif.

Sulitnya koordinasi antar pasukan karena perbedaan bahasa dan alat tempur, membuat kondisi Hindia-Belanda kian terancam. Dalam waktu yang cukup singkat, militer Jepang terus bergerak mengambil alih beberapa wilayah diantaranya : Malaya, Filipina, Guam dan Rubaul.

Jenderal Sakaguchi yang sebelumnya bertugas dalam penaklukan Davao dan Jolo di Filipina, kemudian diminta oleh Markas Besar Pemerintahan di Tokyo agar segera memulai operasi militernya ke berbagai wilayah di Hindia-Belanda.

Kota Tarakan yang terletak di bagian timur Kalimantan menjadi titik awal serangan. Ratusan sumur minyak mentah, yang sebelumnya dikelola oleh perusahaan Hindia-Belanda berhasil dikendalikan. Tak lama kemudian, Pangkalan udara rahasia di Samarinda dan Banjarmasin juga mengalami nasib yang sama.

Setelah berhari-hari membom bardir seluruh kota-kota penting di Kalimantan. Pasukan-pasukan Sakaguci melanjutkan misinya menaklukkan Pulau Bali. Kota Singaraja, yang terletak di bagian utara pulau menjadi target operasi. Pesawat pengintai dan kapal-kapal laut terbaik diterjunkan sebelum melakukan pendaratan.

Selama perang berkecamuk, kedua belah pihak dilaporkan mengalami kerugian yang tak sedikit. Sejak awal-awal pertempuran, angkatan laut sekutu dilaporkan berhasil menenggelamkan puluhan kapal laut milik Jepang. Tak jauh beda, Daihon’ei di Tokyo juga melaporkan hal yang sama.

Seperti yang diberitakan oleh  Algemeen Handelsblad tanggal 6 Februari 1942. Surat kabar asal Belanda itu menginformasikan, jika Armada laut Belanda telah mengalami nasib buruk di bagian timur Laut Jawa.

Merujuk pada sebuah rilis yang dikeluarkan oleh kantor berita Domei, pada tanggal 4 februari 1942 Dai-Nippon Teikoku Kaigun Kōkū-tai dilaporkan telah berhasil menggempur kapal-kapal penjelajah milik Belanda dan Amerika. Pasukan-pasukan udara itu secara tak sengaja menemukan formasi armada musuh di selatan pantai Pulau Kangean.

Peta lokasi titik serangan udara Angkatan Laut Jepang di Perairan Kangean dalam surat Kabar Algemeen Handelsblad
Peta lokasi titik serangan udara Angkatan Laut Jepang di Perairan Kangean dalam surat Kabar Algemeen Handelsblad

Dalam peristiwa tersebut HNLMS Java dan De Ruyter serta kapal USS Marblehead dilaporkan rusak berat. Sedangkan sebuah kapal dagang berbobot 5000 ton ditenggelamkan ke dasar laut Kangean. Peristiwa tersebut oleh pihak Jepang resmi dicatat sebagai pertempuran laut diluar Jawa.

Baca Juga:

Bagikan:

Tinggalkan komentar

Maaf anda tidak bisa menyalin konten ini. Silahkan share saja.