Menelisik Peninggalan Benteng VOC di Pulau Garam melalui acara Ngobrolin Sejarah Madura

FN Fikri

Ngobrolin Sejarah Madura

Dengan semangat kolaborasi untuk mengenalkan sejarah dan kebudayaan Madura lebih luas, Komunitas Sumenep Tempo Dulu bersama-sama Madura Hertage menggelar acara Ngobrolin Sejarah Madura, jumat (22/9). Kegiatan yang dihelat secara daring itu mengangkat tema seputar peninggalan benteng VOC di pulau Madura.

Dalam kesempatan tersebut, Rizki taufan , sejarawan muda dari Bangkalan dan Faiq Nur Fikri dari Sumenep tempo dulu, masing-masing mejelaskan panjang lebar terkait sejarah awal hingga kondisi Benteng saat ini.

“Benteng-benteng yang ada di Pulau Madura sebenarnya tak lepas dari strategi meliter Belanda dalam melindungi kepentingannya di tanah Jawa”. Papar Taufan.

Meskipun Benteng Bangkalan tidak terlalu luas dan besar dibandingkan dengan benteng-benteng VOC lainnya di Nusantara, Benteng Bangkalan kala itu sewaktu-waktu juga dapat menjadi tambahan kekuatan bagi dua benteng disekitarnya, seperti yang ada di Gresik dan Surabaya.

“Benteng Bangkalan itu merupakan benteng yang berada dalam segitiga fortifikasi,  jika di benteng di Surabaya diserang, maka bisa saja sewaktu-waktu personel yang ada di benteng Gresik dan Bangkalan diterjunkan untuk memberikan bantuan”, ungkapnya.

Sementara itu, Benteng Sumenep sepenuhnya dibangun untuk mengukuhkan  posisi VOC dalam mengeksplotasi komoditas lokal dan keamanan lokal.

Faiq memaparkan, sebelum VOC membangun Benteng yang representative di desa Kalimook, terlebih dahulu mereka membangun loji-nya di daerah pesisir teluk Sumenep sebagaimana yang tertuang dalam salah satu pasal di perjanjian Sumenep tahun 1751.

“Dalam perjanjian itu Tumenggung Tirtanegara bersepakat akan membangun Benteng dan loji dengan biaya sendiri,” tuturnya.

“Kemungkinan loji yang dibangun itu, kelak diabadikan oleh masyarakat setempat menjadi nama dusun, yakni Lojikantang”, tambahnya.

Selain sebagai pusat pertanan, benteng di Sumenep juga ditengarai sebagai gudang perdagangan. Hal tersebut dapat di pasal selanjutnya dari perjanjian tersebut.

“Dalam kontrak itu, Tirtanegara bersedia memasok berbagai komoditas pilihan yang dibutuhkan VOC, seperti kacang panjang, minyak kelapa, benang katun, daging rusa hingga ikan air tawar”, pungkasnya.

NASIB BENTENG

Diakhir sesi, Umar Faruk dari Madura Heritage meminta secara khusus padangan umum dari salah satu peserta yang juga aktif dalam mengamati bangunan cagar budaya yang ada di Pulau Madura. Riski Osman dalam kesempatan tersebut memaparkan, jika pelestarian 2 benteng yang ada di Madura masih jauh dari yang diharapkan banyak pihak.

Benteng Bangkalan, meskipun pernah ada wacana untuk dilakukan revitalisasi pada tahun 2004 silam, nyatanya belum ditetapkan sebagai bangunan Cagar Budaya hingga saat ini. Sehingga perlindungan secara hukum dinilai lemah.

Sementara di Sumenep , meskipun sudah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemda setempat, nyatanya pelestarian yang dilakukan belum maksimal.

Salah satu dasar yang membuat pelestarian belum terlaksana dengan baik karena tumpang tindih kepemilikan lahan dan belum adanya koordinasi lebih lanjut antara pemkab setempat dan juga pemerintah propinsi jawa timur.

“Padahal jika dilihat dari peninggalannya, dari Marengan hingga Kalianget, Benteng Sumenep memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai tempat wisata yang edukatif,” paparnya .

Mengahiri acara webinar tesebut, Umar menyimpulkan bahwa Benteng di Madura kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Masalah utama terletak di birokrasi daerah yang kurang memberikan perhatian maksimal terhadap bangunan bersejarah.

“Terlebih kadang masalah utamanya ada pada pengelola atau pemilik lahan”, tutupnya.

Baca Juga:

Bagikan:

Tinggalkan komentar

Maaf anda tidak bisa menyalin konten ini. Silahkan share saja.