Pasukan Kerajaan Sumenep Hancur Luluh Ditangan Pasukan Inggris

FN Fikri

Ilustrasi Pasukan Inggris saat menawan Pasukan Sumenep - Grafis STEDU2021

Menjelang akhir abad ke -18 pasukan kerajaan Sumenep gila-gilaan menghajar pasukan Inggris yang ingin merebut kuasa diujung timur Madura. Dalam berbagai catatan yang ada, pasukan Inggris beberapa kali bersitegang dengan pasukan kerajaan Sumenep. Keduanya saling adu kekuatan dengan korban dan kerugian yang tak sedikit. Dari dua peristiwa tersebut, pasukan Sumenep kalah telak, dihajar oleh pasukan Inggris akibat pertempuran yang tak seimbang.

PERISTIWA 1769

Tahun 1785, Prancis dibawah Napoleon Bonaparte berhasil menguasai Belanda hingga membuat rajanya, Williem V melarikan diri ke Inggris. Dari pengasingannya di Kew, ia kemudian mengeluarkan instruksi, yang salah satu isinya memerintahkan para pejabat VOC yang tersebar di wilayah jajahan untuk menyerahkan kekuasaanya kepada Inggris agar mendapat perlindungan.

Di kemudian hari Pada tahun 1796 kapal-kapal berbendera Inggris mulai berdatangan ke Hindia Timur melaksanakan perintah. Peralihan kekuasaan mulai dijalankan, namun di beberapa daerah nampaknya mendapat perlawanan dari penduduk setempat. Seperti Di Ambon misalnya. Mengutip laman Historia.Id, sesaat setelah Pasukan Inggris menempati Benteng Victoria, ratusan penduduk datang dan mengangkat senjata melawan pasukan yang saat itu tengah berjaga-jaga disekitar benteng. Pun ternyata sama halnya  dengan yang terjadi di Sumenep, pasukan-pasukan kerajaan dibawah pemerintahan Panembahan Natakusuma, juga menghajar pasukan Inggris tanpa ampun. 

Sebagaimana  yang dikisahkan dalam Babad Sumenep, kejadian tersebut telah memakan banyak kerugian dan korban jiwa. Patih Mangundireja sang komandan pertemuran tewas di Loji yang terletak disekitar perairan Sumenep. Ia didapuk menjadi pahlawan karena jasanya dalam mempertahankan kedaulatan wilayah Madura bagian timur, yang sejak tahun 1705 telah menjalin hubungan baik dengan VOC. Namanya terus diingat dalam benak masyarakat dalam sebuah pantun hingga kini “Jimbrit baceng, kamarong kellana maronggi, Inggris dateng, Ki Mangon mate e Loji”. 

STEDU%2B2021%2BMauloseum%2BPatih%2BMagun
Litografi Mausoleum Patih Mangun Jayatirta atau lebih dikenal sebagai
Patih Mangun Direja tahun 1805 oleh H.J Wardenar (koleksi Museum Anrhem)

 

PERISTIWA 1811

Pasca bangkrutnya VOC tahun 1799, pasukan Inggris dibawah pimpinan Sir Samuel Auchmuty mengadakan ekspedisi besar – besaran ke Pulau Jawa. Ekspedisi tersebut membawa 9.000 pasukan, 57 kapal angkut dan 34 kapal tempur. Mereka berlabuh dari Malaka dengan tujuan Batavia. Lord Minto dan Thomas Stamford Raffles juga terlibat dalam pelayaran ini.  

Awal agustus Batavia berhasil ditaklukkan. Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Jan Willem Janssens  mengevakuasi diri dan pusat pemerintahannya ke wilayah di dekat Semarang. Dari kota itu ia mengeluarkan instruksi agar para pasukan yang ada diseluruh kerajaan pulau  Madura  bersiaga di Surabaya, agar Inggris tidak dapat menguasai wilayah tersebut.

Namun nasib berkata lain, beberapa waktu kemudian pemerintah mengibarkan bendera putih sebagai konsekwensi dari buah perjanjian “Kapitulasi Tuntang”. Disisi lain pertahanan di Surabaya mulai melemah akibat pasukan dari Kerajaan Bangkalan dan Pamekasan berbalik arah  kembali ke Madura.  Atas kejadian tersebut pula, pasukan Sumenep yang sudah bersiaga penuh akhirnya diminta  kembali untuk   memperkuat daerahnya.

Menjelang akhir agustus, Lord Minto mengumumkan berdirinya pemerintahan Inggris di Jawa. Beberapa hari kemudian pasukan-pasukan Inggris mulai mengambil alih kekuasaan di berbagai daerah, termasuk di Sumenep.

Hampir mirip dengan kejadian lima belas tahun sebelumnya, Inggris datang ke Sumenep disambut dengan  kontak senjata. Dikutip dari catatan C. Vos komandan pasukan Hindia-Belanda yang terlibat dalam peristiwa tersebut, pasukan Inggris datang ke perairan Sumenep dengan menerjunkan dua kapal perangnya yang bernama HMS Phaeton dan HMS Drake, dan dipimpin langsung oleh Laksamana Sir Robert Stopford.

Pasukan Inggris yang berlabuh di perairan Sumenep segera bergegas mengambil alih bangunan benteng di desa Kalimook yang letaknya tak jauh dari perairan selat Madura.  Kejadian ini sontak mengundang amarah pasukan-pasukan kerajaan Sumenep. Mereka bersama para perwira Belanda yang tersisa menyerang Pasukan Inggris yang jumlahnya cukup besar.

Pertempuran hebat tak dapat terelakkan, dari laporan yang ada, terungkap bahwa dari 200 orang pasukan yang bertempur sebanyak 140 orang diantaranya tewas, termasuk juga  para Pangeran setempat, sisanya kemudian ditawan di Benteng dan sisa perwira-perwira Belanda yang ada ditawan diatas kapal HMS Drake. 

Baca Juga:

Bagikan:

Tinggalkan komentar

Maaf anda tidak bisa menyalin konten ini. Silahkan share saja.