Wassingrana, pengikut setia Trunajaya yang alih profesi jadi bajak laut

FN Fikri

Wassingrana sang bajak laut - Grafis STEDU2021

Namanya mungkin agak asing di telinga kita. Padahal pada masanya tokoh ini cukup menarik perhatian banyak pihak, tak hanya bagi penguasa di Madura dan Jawa melainkan juga pihak Kompeni.  De Graf dalam bukunya Terbunuhnya Kapten Tack, Kemelut di Kartasura abad XVII menceritakan secara singkat kisah hidup Wassingrana dan keterlibatannya membantu Trunajaya serta tindak tanduknya dalam mengacaukan perairan Selat Madura.

Wassingrana, diduga kuat berasal dari Madura. Perannya cukup diperhitungkan saat Pemberontakan Trunajaya. Kala itu ia bersama pasukannya ditempatkan di Kediri. Mereka bergereliya melindungi Trunajaya yang tengah dikepung oleh pasukan Gabungan, VOC dan juga pasukan lainnya  yang pro terhadap Mataram.

Sayang tak berselang lama Trunajaya dapat ditangkap akibat pasukan yang dikerahkan cukup besar selain trntunya pasukan-pasukan cadangan yang tersisa di Madura juga telah berhasil dilemahkan. Trunajaya pangeran dari Madura yang masih berhubungan keluarga dengan raja-raja Mataram itu akhirnya dapat ditangkap dan dieksekusi mati oleh Amangkurat II. Penguasa Madura itu dibunuh dihadapan istrinya dengan tikaman keris di awal tahun 1680.

Pasca peristiwa tersebut, sisa-sisa laskar gabungan dari tanah seberang seperti Makassar, Bugis dan Bali memutuskan kembali ke daerahnya masing-masing. Tak terkecuali pasukan pimpinan Wassingrana, mereka juga bergegas kembali ke tanah Madura.

Kondisi keamanan Madura yang tak begitu kondusif membuat Wassingrana kemudian hijrah ke Panarukan melewati Blambangan. Di daerah inilah rupa-rupanya ia menyusun kekuatan dan strategi, melanjutkan perjuangan yang dicita-citakan oleh Tuannya dahulu, Trunajaya.

KEMBALI KE MADURA

Waktu terus berlalu, kondisi keamanan Madura berangsur pulih. Ia mencoba memanfaatkan keadaan tersebut dengan cukup cermat. Ia keluar dari persembunyiannya dan memberanikan diri kembali ke tanah kelahirannya. Disepanjang perjalanan ia bersama kelompoknya membuat berbagai macam keonaran, merampok serta membegal orang-orang yang pro terhadap Mataram dan juga VOC.

Tak mengherankan jika banyak pihak merasa resah atas segala tindakannya. Meski demikian, di kemudian hari  Amangkurat II, penguasa Mataram memberikan pengampunan atas segala kesalahannya. Di saat-saat itu pula ia  mulai menampakkannya diri didepan publik. Selalu berjalan beriringan  bersama Penguasa Madura Barat, Cakraningrat II di Arisbaya.

Di daerah itulah ia dengan leluasa menyusun berbagai gerakan dan siasat untuk menghajar kompeni. Sang Jagoan mulai mengumpulkan banyak orang untuk membantunya dalam mengacaukan perairan selat Madura yang notabene merupakan salah satu jalur perdagangan terpenting kala itu. Dan untuk yang kesekian kalinya, tindakannya kali ini benar-benar membuat risau pemerintahan Agung di Batavia.

Berbagai upaya kemudian dilakukan untuk mempersempit gerakannya. Pemerintahan Agung memerintahkan anak buahnya, martel yang seorang pembantu letnan untuk segera menagkap Wassingrana di markas besarnya, sayangnya usaha-usahanya sama sekali tidak membuahkan hasil. Wassingrana melawan dan berhasil meloloskan diri berkat dukungan dari penguasa setempat.

DIJEBAK, DITANGKAP DAN DIEKSEKUSI MATI

Permasalahan di ujung Jawa bagian timur semakin lama semakin tak terbendung dan berlangsung pelik. Penguasa Agung untuk yang kedua kalinya kembali mengutus Jeremias van Vielt seorang kepala Saudagar untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada. Salah satu intruksinya masih terkait dengan tindak tanduk Wassingrana yang harus segera diatasi bagaimanapun caranya.

Setibanya di Surabaya, intruksi tersebut secara bertahap mulai dijalankan. Wassingrana yang kala itu tak sengaja menampakkan diri bersama Cakraningrat II dijebak dalam sebuah tipu muslihat yang dilakukan oleh dua orang perwira  VOC, yakni Martel dan Hirskon yang sebelumnya diutus untuk menangkap Wassingrana ketika sang jagoan bermukim di Arisbaya, Madura.

Malam itu, ia rupa-rupanya terbuai dengan kata-kata manis sang perwira. Secara tak sadar ia digiring ke salah satu tempat peristirahatan Van Vliet yang didalamnya sudah menunggu puluhan serdadu bersenjata. Kegaduhan besar terjadi, kedua belah pihak bersitegang, hingga akhirnya ia berhasil  di jebloskan kedalam penjara dengan posisi tangan dan kaki terikat.

Menindaklanjuti penangkapan tersebut, kompeni lalu memasrahkan semua dakwaan termasuk eksekusinya kepada penguasa Mataram. Wassingrana diadili di pengadilan Mataram. Ia dijatuhi hukuman mati. Eksekusinya berlangsung dramatis, dadanya ditusuk dengan keris dan kepalanya ditancapkan diujung tombak.

Baca Juga:

Bagikan:

Tinggalkan komentar

Maaf anda tidak bisa menyalin konten ini. Silahkan share saja.