Sumenep merupakan daerah yang sarat akan keberagaman. Tak mengherankan jika di setiap desanya menyimpan keunikan tersendiri. Salah satunya seperti yang dimiliki oleh masyarakat Barumbung, Desa Lombang, Kecamatan Batang – Batang.
Masyarakat yang tinggal tak jauh dari pesisir Lombang itu memiliki sistem pengetahuan tradisional dalam mengetahui perubahan musim.
Berbeda dengan kebiasaan masyarakat desa lain yang menjadikan benda-benda langit dan kondisi alam sebagai patokan. Kelompok masyarakat di desa tersebut justru memakai “kubah kaca” sebagai rujukan.
Benda unik tersebut terdapat di Masjid Barumbung, sebuah tempat ibadah yang usianya diyakini lebih tua dari Masjid Jamik Kota Sumenep. Benda itu di diletakkan di puncak atap masjid layaknya mastaka masjid-masjid kuna pada umumnya.
Jika diamati lebih dekat, benda yang seluruhnya berbahan dasar kaca itu sekilas nampak seperti labu takar yang sering ditemukan di laboraturium kimia dan farmasi. Bagian bawahnya terlihat bundar, dan bagian atasnya terdapat leher serta bagian ujungnya ditutup oleh potongan kayu berbentuk kerucut.
Menurut cerita tutur warga setempat, kubah tersebut akan penuh air jika musim penghujan tiba, sebaliknya jika akan memasuki musim kemarau, air yang ada dalam kubah akan terus menyusut, menguap dengan sendirinya. Proses kimiawi tersebut kemudian dijadikan acuan oleh masyarakat setempat untuk mengetahui perubahan musim.
Warga sekitar sebenarnya tak mengetahui secara pasti sejak kapan kubah unik tersebut diletakkan menjadi penghias atap masjid. Namun mereka meyakini bahwa benda tersebut mempunyai nilai sejarah seperti benda-benda lainnya yang kini masih dipertahankan, diantaranya mimbar dan juga beduk.